Penggunaan wish dalam bahasa inggris
Penggunaan wish dalam bahasa inggris

Pengertian Subjunctive

Subjunctive adalah bentuk pengandaian yang menggunakan “wish, if only, would rather, as if, atau as though” yang digunakan untuk mengekspresikan keinginan, niat, atau sesuatu yang mungkin belum tentu akan terjadi. Jika dilihat dari sisi bentuk kata kerja dan kegunaannya, maka subjunctive adalah suatu bentuk kata kerja untuk mengungkapkan kebutuhan, saran, harapan, atau pengandaian yang berbeda dengan fakta.

Subjunctive “wish”

Kata kerja “wish” menyatakan keadaan yang berlawanan dengan fakta, maka kata “wish” dapat diikuti oleh subjunctive mood, yaitu:

  1. Jika faktanya menggunakan simple present tense maka subjunctive menggunakan simple past tense.
  2. Jika faktanya menggunakan simple past tense, maka subjunctive menggunakan past perfect tense.
  3. Jika subjunctive berbentuk kalimat positif, maka faktanya berbentuk kalimat negatif. Begitupula sebaliknya.

Rumus pola kalimat yang digunakan adalah:

Wish + subject + simple past tense
Wish + subject + past perfect tense

Beberapa contoh penggunaannya dalam kalimat:

Fakta yang sebenarnyaWish
The books are expensive.
Buku-buku itu mahal.

I cannot help her.
Saya tidak bisa membantu dia.

She didn’t visit to you.
Dia tidak mengunjungimu.

Tom doesn’t live in the city.
Dia tidak tinggal di kota.
I wish the books weren’t expensive/I wish they weren’t expensive.
Saya berharap buku-buku itu tidak mahal.

I wish I could help her.
Saya berharap saya dapat membantu dia.

She wishes she had visited to you.
Dia ingin dia sudah mengunjungimu.

I wish Tom lived in the city.
Saya berharap Tom tinggal di kota.

Subjunctive “if only”

Penggunaan “if only” sama dengan penggunaan “wish”, if only menyatakan keadaan yang berlawanan dengan fakta, maka harus diikuti oleh subjunctive mood, yaitu:

  1. Jika faktanya menggunakan simple present tense maka subjunctive menggunakan simple past tense.
  2. Jika faktanya menggunakan simple past tense, maka subjunctive menggunakan past perfect tense.
  3. Jika subjunctive berbentuk kalimat positif, maka faktanya berbentuk kalimat negatif. Begitupula sebaliknya.

Rumus pola kalimat yang digunakan adalah:

If only + subject + simple past tense
If only + subject + past perfect tense

Beberapa contoh penggunaannya dalam kalimat:

Fakta yang sebenarnyaWish
The books are expensive.
Buku-buku itu mahal.

I cannot help her.
Saya tidak bisa membantu dia.

She didn’t visit to you.
Dia tidak mengunjungimu.

Tom doesn’t live in the city.
Dia tidak tinggal di kota.
If only the books weren’t expensive/If only they weren’t expensive.
Saya ingin buku-buku itu tidak mahal.

If only I could help her.
Saya ingin saya dapat membantu dia.

If only she had visited to you.
Saya ingin dia sudah mengunjungimu.

If only Tom lived in the city.
Saya ingin Tom tinggal di kota.

Catatan:
“If only” juga dapat bermakna kalau saja, selain saya ingin, misalnya:

Faktanya:
The books are expensive.
Buku-buku itu mahal.

Subjunctive “if only”
If only the books weren’t expensive.
Saya ingin buku-buku itu tidak mahal/Kalau saja buku-buku itu tidak mahal.

Subjunctive “would rather”

Penggunaan “would rather” sama dengan penggunaan “wish dan if only”, menyatakan keadaan yang berlawanan dengan fakta, maka harus diikuti oleh subjunctive mood, yaitu:

  1. Jika faktanya menggunakan simple present tense maka subjunctive
    menggunakan simple past tense.
  2. Jika faktanya menggunakan simple past tense, maka subjunctive
    menggunakan past perfect tense.
  3. Jika subjunctive berbentuk kalimat positif, maka faktanya berbentuk
    kalimat negatif. Begitupula sebaliknya.

Rumus pola kalimat yang digunakan adalah:

Would rather + subject + simple past tense
Would rather + subject + past perfect tense

Beberapa contoh penggunaannya dalam kalimat:

Fakta yang sebenarnyaWish
The books are expensive.
Buku-buku itu mahal.

I cannot help her.
Saya tidak bisa membantu dia.

She didn’t visit to you.
Dia tidak mengunjungimu.

Tom doesn’t live in the city.
Dia tidak tinggal di kota.
I would rather the books weren’t expensive/If only they weren’t expensive.
Saya ingin buku-buku itu tidak mahal.

I would rather I could help her.
Saya ingin saya dapat membantu dia.

I would rather she had visited to you.
Saya ingin ingin dia sudah mengunjungimu.

I would rather Tom lived in the city.
Saya ingin Tom tinggal di kota.

Catatan:
“Would rather” juga dapat bermakna lebih suka, selain ingin, misalnya:

Faktanya:
The books are expensive.
Buku-buku itu mahal.

Subjunctive “if only”
I woud rather the books weren’t expensive.
Saya ingin buku-buku itu tidak mahal/Saya lebih suka buku-buku itu tidak mahal.

Subjunctive “as if atau as though”

Dalam menyatakan fakta yang tidak nyata atau tidak benar, ketidakmungkinan atau keraguan di waktu sekarang, dapat digunakan bentuk subjunctive “as if atau as though”, yang artinya seolah-olah atau seakan-akan. As if dan as though tidak ada perbedaan arti. Keduanya mempunyai arti yang sama.

Rumus pola kalimat yang digunakan adalah:

As if/as though + subject + simple past tense
As if/as though + subject + past perfect tense

Beberapa contoh penggunaannya dalam kalimat:

Fakta yang sebenarnyaWish
He wasn’t drunk.
Dia tidak mabuk.

She is not a child .
Dia bukan anak-anak.

He isn’t a real teacher.
Dia bukan seorang guru yang sebenarnya.

Andre isn’t rich man.
Andre bukan anak orang kaya.
He walked as if/as though he had been drunk.
Dia berjalan seolah-olah dia mabuk.

She talked as if/as though she were a child.
Dia berbicara seolah-olah dia anak-anak.

He acts as if/as though he were a real teacher.
Dia berplilaku seolah-olah dia seorang guru yang sebenarnya.

Andre behaves as if/as though he were a rich man.
Andre berlagak seolah-olah dia seorang anak kaya.

===================================
KURSUS BAHASA INGGRIS
Easy English Course
WA : 081326608938

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *